Beranda | Artikel
Durhaka dan Maksiat karena Takdir dan Kehendak Allah
Minggu, 12 Maret 2023

Di antara argumentasi seseorang ketika diajak kepada kebaikan dan amal saleh dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasalam adalah hal tersebut telah Allah Ta’ala takdirkan pada dirinya. Alasan di balik kemaksiatan yang mereka lakukan adalah kehendak Allah Ta’ala. Mereka berkata, “Seandainya mereka diberi hidayah, tentu mereka akan taat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasalam.”

Tujuan dari argumentasi tersebut adalah tidak lain sebagai bentuk pembelaan diri atas apa yang telah mereka perbuat. Agar keburukan tersebut tidak disandarkan kepada mereka. Anggapan tersebut tidak sesuai dengan apa yang Allah Ta’ala tetapkan. Dan Allah Ta’ala membantahnya di dalam Al-Qur’an, di antaranya.

Argumentasi tersebut merupakan argumentasi kaum kafir Quraisy ketika didakwahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ ۚ كَذَٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّىٰ ذَاقُوا بَأْسَنَا ۗ قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا ۖ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ

Orang-orang yang mempersekutukan Allah Ta’ala, akan mengatakan, ‘Jika Allah Ta’ala menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan sesuatu pun.’ Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami? Kamu tidak mengikuti, kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.” (QS. Al-An’am: 148)

“Ayat ini adalah peringatan yang Allah Ta’ala sebutkan dan syubhat kaum musyrikin atas perbuatan syirik yang mereka kerjakan dan atas pengharamannya. Allah Ta’ala mengetahui atas apa yang mereka kerjakan, dan mereka mampu untuk mengubah (takdir) tersebut agar berjalan di atas keimanan dan meninggalkan kekafiran, namun mereka tidak mengubahnya.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Allah Ta’ala membantah prasangka kaum kafir tersebut dengan Allah Ta’ala berfirman, “Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami.”

“Hal tersebut adalah syubhat yang telah menyesatkan orang-orang terdahulu. Argumentasi tersebut adalah argumentasi yang keliru. Karena seandainya benar, maka mengapa Allah Ta’ala turunkan hukuman dan menghancurkan mereka dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memeranginya.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Baca Juga: Apakah Doa Bisa Mengubah Takdir?

Allah Ta’ala mengutus para rasul ‘alaihi shalatu wassalaam untuk menyampaikan seluruh jalan kebaikan yang menyelamatkan dan jalan kesesatan yang membinasakan sebagai hujjah

رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ

“(Mereka diutus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah Ta’ala sesudah diutusnya rasul-rasul itu.“ (QS. An-Nisaa’: 165)

“Aku telah utus rasul-rasul-Ku kepada hamba-Ku sebagai berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada hujjah (alasan) orang yang kufur kepada-Ku dan orang yang beribadah kepada sesembahan selain-Ku, atau orang yang sesat dari jalan-Ku dengan perkataan, ‘Seandainya demikian, maka Allah Ta’ala akan menghukum kami.‘” (Tafsir At-Thabari)

Allah Ta’ala utus para rasul agar mereka mendapat hujjah sebelum Allah Ta’ala menghukum dan mengazab mereka,

وَلَوْ أَنَّآ أَهْلَكْنَٰهُم بِعَذَابٍ مِّن قَبْلِهِۦ لَقَالُوا۟ رَبَّنَا لَوْلَآ أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ ءَايَٰتِكَ مِن قَبْلِ أَن نَّذِلَّ وَنَخْزَىٰ

Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al-Qur’an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah?’” (QS. Thaha: 134)

Ketika petunjuk dan hidayah telah disampaikan, maka manusia mampu memilihnya, jalan mana yang akan ia ikuti dan jalan mana yang harus ia tinggalkan. Dan kehinaan dan hukuman akan diberikan bagi yang memilih jalan kesesatan. Tidak ada paksaan dari Allah Ta’ala.

وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَٰهُمْ فَٱسْتَحَبُّوا۟ ٱلْعَمَىٰ عَلَى ٱلْهُدَىٰ فَأَخَذَتْهُمْ صَٰعِقَةُ ٱلْعَذَابِ ٱلْهُونِ بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Fusshilat: 17)

Alasan kehendak Allah Ta’ala atas kemaksiatan adalah tidak benar karena seandainya demikian, maka Allah Ta’ala tidak akan mengazab para kaum nabi dan rasul terdahulu yang mendurhakai Allah Ta’ala. Sebagaimana kaum Tsamud yang telah diberi petunjuk, namun mereka justru memilih kesesatan sehingga Allah Ta’ala mengazab mereka.

Baca Juga: Memahami Takdir Dengan Benar

Jika argumentasi tersebut benar, maka ahli neraka akan menjadi orang pertama yang beragumentasi dengan hal tersebut

Ahli neraka ketika masuk ke dalam neraka tidak beralasan dengan takdir dan kehendak Allah Ta’ala pada dirinya. Justru mereka menyesali atas apa yang telah mereka lakukan di dunia yang mereka sadari betul. Mereka yakin azab yang nyata atas orang yang tidak taat kepada Allah Ta’ala.

وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلْمُجْرِمُونَ نَاكِسُوا۟ رُءُوسِهِمْ عِندَ رَبِّهِمْ رَبَّنَآ أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَٱرْجِعْنَا نَعْمَلْ صَٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), ‘Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.’” (QS. As-Sajadah: 12)

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَٰلِحًا غَيْرَ ٱلَّذِى كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا۟ فَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ

Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal saleh yang tidak seperti yang telah kami kerjakan.’ Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” (QS. Fathir: 37)

Demikian. Semoga bermanfaat.

Baca Juga: Nama-Nama Neraka

***

Ditulis: dr. Abdiyat Sakrie, Sp.JP
Artikel: Muslim.or.id


Artikel asli: https://muslim.or.id/83472-maksiat-karena-takdir.html